1. ABC Analisis
Sumber : http://id.shvoong.com/business-management/management/1686461-klasifikasi-abc-dalam-inventori/
Klasifikasi ABC merupakan klasifikasi inventori yang berbasis prinsip the critical few and the trivial many. Ini berarti, klasifikasi ABC memfokuskan pengendalian inventori pada jenis inventori yang bernilai tinggi. Inventori dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu: kelas A, kelas B, dan kelas C. Dari keberadaan kelas-kelas tersebut, diketahui inventori kelas A mendapat perhatian lebih serius dibandingkan inventori dalam kelas B maupun kelas C. Akan tetapi, tidak berarti kelas B dan kelas C tidak diperhatikan melainkan pengendaliannya tidak seketat untuk kelas A. Kelas A mewakili kurang lebih 70% dari total nilai inventori dengan jumlah 20% dari total item inventori.
Dua puluh persen menjadi persentase nilai kelas B dengan jumlah sekitar 30% item. Sedangkan kelas C hanya mewakili 10% total nilai inventori dengan jumlah item 50%. Persentase-persentase tersebut, dalam keberadaannya tidak mutlak karena dalam pelaksanaan lebih tergantung kebijakan perusahaan. Yang mutlak disini adalah langkah-langkah bagaimana klasifikasi ABC dilakukan. Langkah pertama, menghitung volume tahunan rupiah sebagai hasil perkalian volume tahunan dengan harga per unit. Kedua, menyusun volume tahunan rupiah secara piramida terbalik atau terbesar ke terkecil. Ketiga, menghitung volume tahunan rupiah kumulatif. Keempat, mengetahui persentase kumulatif dari tiap-tiap volume tahunan rupiah kumulatif. Kelima, mengklasifikasikan A, B, C secara berturut-turut masing-masing sebesar kurang lebih 70%, 20%, dan 10% dari atas. Berdasarkan lima langkah tersebut, diketahui inventori kita klasifikasikan menggunakan klasifikasi ABC. Sehingga hanya satu langkah lagi menuju kelengkapan klasifikasi ABC,yaitu, pelaksanaan. Iya, pelaksanaan. Emmh tidak salah lagi, benar pelaksanaan.
Dua puluh persen menjadi persentase nilai kelas B dengan jumlah sekitar 30% item. Sedangkan kelas C hanya mewakili 10% total nilai inventori dengan jumlah item 50%. Persentase-persentase tersebut, dalam keberadaannya tidak mutlak karena dalam pelaksanaan lebih tergantung kebijakan perusahaan. Yang mutlak disini adalah langkah-langkah bagaimana klasifikasi ABC dilakukan. Langkah pertama, menghitung volume tahunan rupiah sebagai hasil perkalian volume tahunan dengan harga per unit. Kedua, menyusun volume tahunan rupiah secara piramida terbalik atau terbesar ke terkecil. Ketiga, menghitung volume tahunan rupiah kumulatif. Keempat, mengetahui persentase kumulatif dari tiap-tiap volume tahunan rupiah kumulatif. Kelima, mengklasifikasikan A, B, C secara berturut-turut masing-masing sebesar kurang lebih 70%, 20%, dan 10% dari atas. Berdasarkan lima langkah tersebut, diketahui inventori kita klasifikasikan menggunakan klasifikasi ABC. Sehingga hanya satu langkah lagi menuju kelengkapan klasifikasi ABC,yaitu, pelaksanaan. Iya, pelaksanaan. Emmh tidak salah lagi, benar pelaksanaan.
2. Metode EOQ (Economic Ordering Quantity)
Salah satu metode manajemen persediaan yang paling terkenal adalah metode Economic Order Quantity atau bisac disebut dengan EOQ. Metode ini dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang diproduksi sendiri.
§ EOQ adalah Kuantitas persediaan yang optimal atau yang menyebabkan biaya persediaan mencapai titik terendah
§ Model EOQ adalah Suatu rumusan untuk menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimumkan biaya persediaan.
Model EOQ bisaa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya ( inverse cost) pemesanan persediaan.
Dua Dasar Keputusan Dalam Model EOQ
w Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut perlu dibeli kembali (Replenishment cycle)
w Kapan perlu dilakukan pembelian kembali (reorder point)
Model EOQ
Asumsi model EOQ
§ Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dahulu secara pasti untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode
§ Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
§ Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau diatas safety stock
§ Harga konstan selama periode tersebut
Pemesanan Ulang – Reorder Point
§ Titik dimana pemesanan harus dilakukan lagi untuk mengisi persediaan
§ Titik pemesan ulang
§ = Waktu tunggu x tingkat penggunaan
Persediaan Pengaman – Safety Stocks
§ Persediaan tambahan yang dimiliki untuk berjaga-jaga terhadap perubahan tingkat penjualan atau kelambatan produksi – pengiriman
Maka
ü Persediaan awal = EOQ + Safety stock
ü Persediaan rata – rata
= ( EOQ / 2 ) + safety stock
Menentukan Besarnya Safety Stock
§ Faktor pengalaman
§ Faktor dugaan
§ Biaya
§ Keterlambatan
Contoh :
Penggunaan per hari 15 Kg
Keterlambatan pengiriman 10 Hari
Maka besarnya safety stock
= 10 x 15 Kg
= 150 Kg
CONTOH KASUS
§ Perusahaan A penjualan 2,6 juta kg terigu, biaya pemesanan $ 5000, biaya penyimpanan 2 % dari harga beli dan harga beli $ 5 /kg.
§ Persediaan pengaman 50.000 kg dan waktu pengiriman 2 minggu dan setiap pemesanan terigu harus dengan kelipatan 2000 kg
Besarnya EOQ :
Pemesanan ulang
§ Penggunaan per minggu
= ( 2.600.000 / 52 ) = 50.000 Kg
§ Titik pemesan ulang
= Waktu pengiriman + safety stock
= (2 minggu x 50.000) + 50.000
= 100.000 + 50.000
= 150.000 Kg
Pemesanan dalam satu tahun
- Pemesanan dalam satu tahun
= ( 2.600.000 / 510.000 )
= 5,098 kali atau 72 hari
= 10 minggu
- Tingkat Pemakaian per hari
= ( 2.600.000 / 365 )
= 7.123, 287 Kg atau 7.124 Kg
Biaya penyimpanan
- TCC = C. P. A atau TCC = C.P. (Q/2)
- TCC
= (0,02) x ( $ 5) x (510.000 / 2)
= 0,1 x 255.000
= $ 25.500
Biaya pemesanan
- TOC = F. ( S / Q )
- TOC
= $ 5000 x ( 2.600.000 / 510.000 )
= $ 5000 x (5,098)
= $ 25.490,20
Biaya safety stock
= C. P . (safety stock)
= (0,02) x ( $ 5 ) x ( 50.000 )
= 0,1 x ( 50.000 )
= $ 5.000
Biaya persedian TIC
= Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan + Biaya safety stock
= $ 25.500 + $ 25.490,20 + $ 5.000
= $ 55.990, 20
Grafik EOQ
3. Reorder Point (ROP)
Metode yang digunakan untuk menentukan saat harus diadakan pemesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan bahan baku yang dipesan di atas safety stock sama dengan nol.
Cara Menetapkan ROP
1. ROP = Kebutuhan Lead Time + Prosestase tertentu dr. Safety Stock
2. ROP = Kebutuhan Lead Time + Safety Stock
Lead Time = Penggunaan bahan baku selama tenggang waktu mendapatkan barang.
MINIMUM DAN MAKSIMUM KUANTITAS PERSEDIAAN
Yakni metode yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan minimum dan persediaan maksimum yang ada di gudang.
Max. = Safety Stock + EOQ
Min. = Jumlah persediaan minimum di gudang (Safety Stock)
JUST IN TIME (JIT)
Persediaan diperoleh dan dimasukkan dalam produksi tepat pada saat dibutuhkan.
Hal yang dibutuhkan:
1. Sistem informasi persediaan dan produksi yang tepat
2. Pembelian dengan efisiensi tinggi
3. Pemasok yang dapat diandalkan
4. Pengelolaan yang efisien
Contoh
Diketahui :
Kebutuhan Bhan Baku 2400 unit/tahun
Harga pembelian bahan baku Rp 1 / unit, Biaya pesan Rp 30,- setiap kali pesan
Biaya simpan 40 % dari rata-rata persediaan 1 tahun = 300 hari kerja. Lead Time 3 hari. Safety Stock 25.
Hitunglah EOQ, ROP, Persediaan Minimum dan Persediaan Maximum ?
Buatlah Tabel pembelian bahan baku tsb. Jika pembelian dilakukan sekaligus dan bertahap !
alaa .. JIT tak de
BalasHapusmksud owg..tak detail
Hapusmaaf boleh tau anda ambil dari referensi apa dalam menulis blog ini. terima kasih
BalasHapusthanks bro infromasinya, tp masih bingung nih caranya mencari klasifikasi ABC
BalasHapus